Cerpen "Pengalaman Mistis Si Kecil Penggembala Domba"
Waktu itu usiaku sekitar 7 tahun. Aku sekolah di bangku SD. Kegiatan sehari-hariku waktu itu selain sekolah juga harus menggembala domba bersama teman-teman sebayaku.
Suatu hari aku dan temanku Iwi pergi ke sawah sambil menggiring domba-domba yang telah kulepaskan dari kandangnya. Domba-domba itu berlarian, lompat-lompat dan kejar - kejaran, aku hanya mengikutinya dari belakang.
Sampai di suatu tempat yaitu tempat dimana banyak pohon-pohon tinggi, semak belukar menutupi penglihatan. Tiba-tiba salah satu domba ada yang lari balik arah dan mendekatiku. Sementara domba-domba yang lain sedang makan rumput.
"Hei, ada apa Poni" kataku sambil menyebut nama domba yang ku beri nama Poni.
Poni adalah domba jantan dengan bulu berwarna merah.
"Be..be...." si Poni menyahut sambil ngangguk-nganggukan kepala.
"Eh ada apa ya? Kenapa kau tidak bersama teman-temanmu makan rumput hijau yang ada di sana?" Tanyaku ke si Poni.
Ku elus kepalanya si Poni dan " dor dor dor" ketika aku sedang mengelus kepala si Poni tiba-tiba terdengar seperti ada suara tembakan. Aku dan temanku Iwi lari dan bersembunyi di balik pohon besar, dan si Poni pun ikut lari karena terkejut dan ketakutan.
"Ada apa, ada apa? Kata Iwi bertanya kepadaku. Aku hanya menggelengkan kepala.
"Kayanya ada yang menembak ke arah kita" kata Iwi.
"Ia, mungkin mereka adalah orang-orang yang mau menembaki burung di kebun ini. Karena pohon-pohon di kebun ini tinggi-tinggi sehingga banyak burung yang bersarang di sini" sahutku dengan suara bisik-bisik.
Lama aku dan Iwi bersembunyi di balik pohon, kira kira setengah jaman. Dan suara tembakan sudah tidak terdengar.
"Sudah sepi" kataku.
"Ia...., ayo kita keluar". temanku pun mengajak keluar dari persembunyian.
Setelah keluar dari pesembunyian aku dan temanku terus naik ke pohon yang tergolong tinggi, tujuannya ingin melihat keadaan di bawah sana barangkali orang-orang itu masih ada. Benar saja kulihat ada tiga orang laki-laki tinggi besar sambil memegang senapan dan menjinjing burung-burung yang sudah ditembak oleh mereka. Tidak lama mereka si penembak burung itu pergi menjauh dari tempat saya menggembala domba.
Tidak terasa hari sudah sore, perkiraan sudah jam empat. Domba-domba masih ada yang asik makan rumput. Karena takut kesorean, akhirnya domba-domba itu ku dorong-dorong supaya mau jalan untuk pulang.
Tiba dipinggir perkampungan, aku dan Iwi temanku duduk di jalan kecil menuju perkampungan sambil melihat domba-domba yang asik rupanya masih mau makan rumput yang ada sana.
"Mm, biarkan domba-domba kita makan dulu deh, mungkin belum kenyang atau lapar lagi karena perjalanan jauh tadi" kataku.
"Ya sudah biarkan saja" kata Iwi.
Tidak terasa sinar matahari sudah hampir tenggelam, sementara aku dan Iwi asik bermain karena domba-dombanya juga masih asik makan rumput.
Suara adzan maghrib pun sudah berkumandang terdengar dari kejauhan, jalan mulai remang-remang sebentar lagi akan gelap.
Tiba-tiba dari arah semak belukar di pinggir jalan terdengar ada yang memanggil namaku.
"ung, ung, pulang" katanya memanggilku dengan nama panggilanku.
"Apa, apa!" sahutku sambil berjalan mendekati sumber datangnya suara.
Lalu aku semakin dekat dengan sumber suara itu dan ku lihat ada tangan yang sedang memegang ranting pohon pagar dan ranting itu bergerak ke atas dan setelah aku sampai di sana ternyata tidak ada siapa siapa.
Akhirnya aku pun mengajak pulang temanku dan domba-domba ku yang sudah kelihatan kenyang makan rumputnya.
Sampai di rumah setelah domba-dombaku masuk ke kandangnya maka segera ku kunci pintunya dengan cara mengikatnya ke tiang pintu.
Kemudian aku mandi, ganti baju dan ketika aku mau makan aku ingat tadi ada yang manggil namaku. Lalu aku bertanya pada ibuku.
"Bu, tadi siapa yang menjemput ke sawah dan memanggil namaku supaya pulang?"
"Loh, gada yang manghin namamu nak makanya kalau pulang jangan sampai kemalaman" kata ibuku.
"Oh, ia bu" sahutku sambil makan dan santai menjawabnya, seakan-akan tak pernah ada yang terjadi. Mungkin karena aku masih kecil waktu itu sehingga tidak memahami pada peristiwa yang barusan terjadi.
Setelah makan, aku keluar rumah, di luar hari sudah gelap. Karena tidak ada listrik, kampung terlihat gelap semua. Kududuk di kursi yang ada di alaman rumah. Aku memandang ke langit. Ku lihat bintang bertaburan bersinar terang, terkadang bintang terlihat berkedip.
"Ha....h" aku mulai menguap merasa ngantuk. Kemudian aku masuk kamar tidur.
"Bu...!aku tidur." kataku sambil nengok di pintu kamar. Ibuku terlihat masih duduk di ruang tengah.
"Ya, tidurlah" sahut ibuku.
Selesai
Oleh: Unih
SMPN 3 Cipunagara
SMPN 3 Cipunagara
Comments
Post a Comment
Berikan komentar yang sopan dan santun, teruma kasih.