KUNJUNGAN KERJA KOMISI IV DPRD KABUPATEN SUBANG KE SMPN 3 CIPUNAGARA

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Kita harus membuat formula pembelajaran daring dengan tepat sesuai dengan kondisi sekolah dan masyarakat. 

Kejadian yang mengesankan pada hari selasa 16 Juni 2020 yaitu adanya KUNJUNGAN KERJA dari Komisi IV DPRD Kabupaten Subang ke SMPN 3 Cipunagara, saya sebagai salah satu guru yang mengajar di sekolah tersebut merasa berkesan dan senang karena ternyata masih ada yang mau berkunjung ke sekolah tempat saya mengajar meskipun letaknya jauh dari kota.  Bahkan Bapak ketua Komisi DPRD Kab. Subang mengatakan masih beruntung ada goggle map sehingga untuk bisa sampai ke SMPN 3 Cipunagara tidak sampai nyasar katanya. Mungkin yang tidak pakai goggle map bisa nyasar. 

Lokasi SMPN 3 Cipunagara memang jauh dari kota, tetapi memiliki harapan yang sama dengan sekolah yang paforit di kota. Ingin memiliki fasilitas, sarana prasarana sekolah yang memadai dan lengkap serta mendapatkan dukungan dari berbagai pihak telah menjadi impian kami para guru di desa khususnya SMPN 3 Cipunagara.  Kalau masalak kesejahteraan bagi semua guru itu perlu dan sudah dibicarakan dari dulu. Apalagi dengan kondisi guru di SMPN 3 Cipunagara yang 75% masih honorer tentunya sangat membutuhkan banyak perhatian. Sebagian besar guru ASN adalah pendatang sedangkan guru yang berasal dari daerah pribumi masih banyak yang honorer. Jumlah guru honorer k2 masih banyak yang membutuhkan perhatian pemerintah. Pengabdian yang lama perlu dijadikan bahan pertimbangan para pengambil kebijakan karena selama ini berjalannya sekolah di pedesaan menjadi lancar karena adanya kerjasama yang baik antara guru yang telah ASN dan guru honorer yang pengabdiannya sudah tidak sedikit dalam arti sudah belasan bahkan puluhan tahun. Adanya pembatasan usia dalam perekrutan ASN jangan sampai menghilangkan jejak para guru honorer yang sudah mengabdi lama. 

Pembelajaran yang dilaksanakan dari rumah secara daring belum bisa dilaksanakan secara maksimal karena banyak keterbatasan. Hal ini dialami tidak hanya oleh SMPN 3 Cipunagara tetapi juga sekolah lain. Orang tua peserta didik yang dijadikan andalan agar bisa membimbing anaknya belajar di rumah juga tidak bisa dilakukan karena berbagai alasan. Sebagian besar orang tua peserta didik sudah mempercayakan ke sekolah dalam hal kegiatan pembelajaran. Bahkan selama pembelajaran dari rumah seperti sekarang ini yang dilaksanakan secara daring, banyak orang tua yang masih bingung mempertanyakan apa itu daring, apa itu PJJ dan bagaimana belajar dari rumah. Orang tua peserta didik yang pernah berpapasan di jalan dengan saya berkata "bu ko liburnya panjang ya, bagaimana nanti nilainya katanya. Saya pun menjawab "Bukan libur ibu, tapi belajar dari rumah. Secara daring" kata saya. Ternyata itulah fakta di desa, tahunya anak libur panjang sehingga tidak sedikit orang tua peserta didik yang mengajak anaknya untuk bekerja. Baik bekerja di sawah maupun bekerja ikut orang tuanya di kota. Bahkan baru -baru ini ada orang tua peserta didik dari kelas 7 yang menanyakan kapan masuk sekolah, dia tahu katanya masuk sekolah bulan satu jadi anaknya mau bekerja dulu katanya karena tinggal di rumah lama-lama bosan. Kedatangan orang tua tersebut membuat saya berfikir memang benar sekali bagi mereka yang tidak punya perangkat pembelajaran untuk daring lebih banyak ketinggalan informasi sehingga banyak menganggur dan dianggap libur panjang. 

Minggu pertama pembelajaran dari rumah secara daring masih di sambut secara antusias oleh peserta didik. Tapi semakin ke sini tanggapan peserta didik untuk belajar dari rumah secara daring semakin melemah, ketika di tanya mengapa, katanya kuotanya habis. Sementara guru sudah berusaha mempersiapkan pembelajaran secara daring mulai menyiapkan materi sampai ke penilaian.

Pelaksanaan PPDB di SMPN 3 Cipunagara dilaksanakan secara offline dan online melalui komunikasi WA Grup PPDB. Waktu pelaksanaannya sudah disesuaikan dengan surat edaran tentang PPDB dari dinas Pendidikan Kabupaten Subang. Pendaftaran peserta didik baru SMPN 3 Cipunagara sudah dibuka sejak tanggal 15 Juni 2020 sampai dengan 26 Juni 2020. lokasi SMPN 3 Cipunagara berada di dua desa yang terdiri dari 6 sekolah dasar dan 1 MI, maka untuk siswa yang mendaftar pun sudah jelas. Pada masa pandemi seperti sekarang seharusnya seluruh peserta didik dari ketujuh sekolah tersebut mendaftarkan sekolahnya sesuai zonasi ya harus ke SMPN 3 Cipunagara. Tetapi memang dikembalikan lagi ke peserta didik masing-masing yang penting semua peserta didik dapat melanjutkan sekolah. 


Lalu apa saja yang dibahas dalam kunjungan kerja komisi IV DPRD Kabupaten Subang ke SMPN 3 Cipunagara? Dalam kunjungan tersebut membahas banyak hal. Pa Aam Suradi S.Pd sebagai waka Humas SMPN 3 Cipunagara sekaligus sebagai moderator dalam penyambutan tamu dari rombongan komisi IV DPRD ķabupaten Subang. Adaupn beberapa hal yang sempat saya tulis dari apa yang di sampaikan Bapak Ketua komisi IV Bapak Sumarna di kunjungan kerjanya ke SMPN 3 Cipunagara menyampaikan tujuannya yaitu:
  1. Ingin mengetahui bagaimana kondisi SMPN 3 Cipunagara yang sebenarnya. 
  2. Bagaimana kondisi tenaga kerjanya?
  3. Bagaimana bantuan bangunannya?
  4. Bagaimana pelaksanaan PPDB nya?
  5. Bagaimana keluhan guru yang berpangkat, dan bagaimana Keluhan guru yang tak berpangkat?
Beliau juga menyampaikan bahwa kegiatan belajar tahun ajaran baru semester ganjil menurut kemdikbud dilaksanakan secara daring. Pembelajaran secara daring bisa menjadi solusi pada masa covid-19, tetapi kondisi di lapangan memerlukan anggaran lebih terutama untuk guru honorer. Beliau juga menyarankan agar sekolah bisa memikirkan formula pembelajaran daring yang tepat. Masalah penerapan pembelajaran secara daring, teknisnya diserahkan kepada sekolah.

Dalam pembicaraan lain-lain dalam  acara kunjungan tersebut dapat saya sampaikan sesuai apa yang saya tangkap, yaitu:
  1. Sepatah kata dari Bapak Kabid SMP Dinas Kabupaten Subang Pa Aef menyampaikan bahwa Dinas sedang membuat RAKS, di setiap kelas mau di adakan WC Kelas. Standar bangunan sekolah yang hanya mengandalkan bos ya seperti ini adanya. Pengadaan cpns kurang, tenaga honorer sangat membantu sehingga perlu diperhatikan.
  2. Pa Dida juga sebagai Ketua PGRI Kecamatan Cipunagara menanyakan masalah tunlok, pa kabid memberikan jawaban bahwa tunlok secara niatan sudah ada hanya ada beberapa yang harus di perbaiki dari segi perangkat hukum.
  3. KSPF SMPN 3 Cipunagara mengusulkan " Desa Sidajaya dan Sidamulya tidak ada yang positif korona, sehingga pembelajaran minta diijinkan tatap muka di sekolah atas ijin orang tua peserta didik, pembelajaran di sekolah tatap muka dengan memperhatikan protokol covid-19. Menurut saya pendidikan jangan dibebankan ke masyarakat. Kalau pembelajaran harus daring maka pemerintah harus menyiapkan dananya. Kalau boleh sekolah kami menjadi sekolah binaan komisi IV. Jadi intinya bisa tidak kami belajar secara tatap muka.
  4. Pa ketua komisi IV menanggapi usulan kepsek bisa saja pembelajaran tatap muka hanya memerlukan anggaran untuk  memenuhi protokol kesehatan. Jangan sampai gaji honorer di sunat. Untuk pembelajaran secara daring untuk guru sukwan siapa yang menanggung kuotana? Silakan cari formula yang bagus agar pembelajaran dengan daring ini bisa di pahami oleh orang tua dan siswa. Untuk teknis pembelajaran silakan dikembalikan ke sekolah.
  5. Menurut Pa kabid SMP masalah pemotongan bosda tenaga honorer sudah ditiadakan kalaupun ada itu oknum.
  6. Pembelajaran TIK  sudah bisa diselenggarakan di sekolah disesuaikan dengan kemampuan sekolah
Selain beberapa hal di atas, saya juga mencoba menggali beberapa informasi mengenai keluhan guru sesuai apa yang ingin diketahui oleh pa Ketua Komisi DPRD kabupaten Subang. Berikut adalah beberapa keluhan guru yang disampaikan melalui WA pribadi saya, yaitu sebagai berikut:
  1. Menurut pa Dody Sutardi S.Pd pembelajaran daring terhambat karena siswa tidak memiliki laptop dan tidak punya modem meskipun punya hp tapi hp jadul. 
  2. Pengalaman Pa Aam Suradi S.Pd ketika menerapkan Quizizz banyak anak yang tidak punya hp sehingga tidak bisa mengikuti adapun beberapa siswavyang mengikuti nilainnya nol karena tidak ada sinyal.
  3. Begitu juga menurut pak Junaedi, S.Pd pembelajaran secara daring yang sudah dipersiapkan oleh guru tidak bisa disampaikan secara maksimal kepada peserta didik karena sarana prasarana yang dimiliki guru, sekolah dan peserta didik belum memadai. Contohnya laptop, hp, infokus, jaringan internet dan yang lainnya yang dibutuhkan dalam pembelajaran secara daring masih sangat terbatas. 
  4. Menurut bu Deasy Primawardani, S.Pd anak-anak menerima info tugas kadang ada yang aktif ada yang nggak, jadi yang ga aktif mengumpulkan tugasnya terlambat, apalagi tiap hari ada tugas jadi pas sudah aktif tau-tau tugas sudah banyak dan numpuk. Terus ada anak yang tidak punya hp.
  5. Menurut pa Aliman, S.Pd sebagai guru dan waka kurikulum mengatakan bahwa kalau kendala mungkin sama karena satu sekolah diantaranya sarana (masih ada yang belum punya hp android) fasilitas internet (paket data= baik siswa maupun guru). Keluhannya materi tidak terkomunikasikan timbal balik secara maksimal. Penilaian terutama penilaian sikap tidak terukur secara baik. Sulit mengontrol jika ada siswa yang tidak aktif daring. 
  6. Menurut pa Dadi Suryadi, S.Pd dalam pembelajaran secara daring kendalanya mungkin hampir sama dengan yang lain. Jaringan yang kurang mendukung sehingga banyak louding-loadingnya. Masih banyak siswa yang ga ikut daring dengan berbagai alasan, ada yang ga punya hp, ga punya kuota, signalnya jelek dll. Sehingga, membutuhkan biaya  tambahan untuk pembelian kuota baik guru ataupun orang tua peserta didik.
  7. Sedangkan keluhan dari guru honorer saat pembelajaran daring selain yang telah disebutkan di atas menurut bu Ipah Ifawani yaitu susah sinyal, keterbatasan pulsa, tidak punya laptop dan karena terlalu banyak vidio pembelajaran serta no hp peserta didik maka Hp nya nge heng dan batunya lowbath. 
  8. Kalau saya sendiri keluhannya ketika pembelajaran secara daring selain yang sudah disebutkan teman-teman guru di atas yaitu susah sinyal karena quota dan pulsa terbatas. Pembelajaran secara daring lancar ketika  sinyal lancar. Dan pengalaman saya sinyal hp menjadi lancar ketika sudah diisi pulsa. Kalau hp diisi pulsa cuma sedikit ya tidak jalan saya katakan saja susah sinyal, padahal ketika hp sudah diisi pulsa lebih banyak dan memadai sinyalnya lancar lagi, hehe lucu ya pengalaman saya. Memang benar menurut pa Aliman, dengan pembelajaran secara daring guru sulit menentukan nilai sikap yang sebenarnya. Karena tidak bisa melihat secara langsung. Peserta didik yang tidak aktif mengikuti pembelajaran daring kira-kira apa yang sedang mereka kerjakan? Nah hal ini yang menjafi kesulitan saya dalam mengontrol kegiatan pembelajaran secara daring. Dari segi penilaian kalau hanya mengandalkan hasil nilai ulangan melalui quizizz dan yang lainnya secara daring itu tidak bisa mewakili nilai secara keseluruhan. Nilai sikap spiritual, nilai sikap sosial, nilai pengetahuan dan nilai keterampilan sulit di ukur apalagi jika untuk peserta didik baru yang belum . Karena guru tidak melihat proses pembelajarannya dan . 
Kalau melihat kondisi saat ini yang memang wabah covid-19 masih meningkat, maka pembelajaran secara daring meskipun banyak kendala mungkin masih bisa menjadi solusi terbaik. Tinggal kita pandai membuat formula bagaimana belajar secara daring yang tepat sesuai keadaan dan kondisi sekolah. Pengadaan dana untuk pembelajaran daring juga perlu diperhatikan.

Demikian yang dapat saya sampaikan, jika banyak kekurangan atau ada sebagian yang tidak tersampaikan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalam

Unih, S.Pd

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

IHT Tentang IKM, P5 dan Pembuatan Modul Ajar Bersama Narasumber Hebat Ibu Fera Maulidya Sukarno, M.Pd. di SMPN 3 Cipunagara

Kegiatan Open Class VII MGMP IPS Kabupaten Subang di Komisariat Pagaden

Letak dan Luas Benua Asia dan Benua Lainnya : Bahan Ajar IPS Kelas 9 Semester Ganjil