CERPEN
Fitnah Mencuri Jambu Biji
Oleh: Unih, S.Pd
Kebun |
Tiga puluh tiga anak tinggal di sebuah Yayasan Panti Asuhan. Ibu pemilik panti sangat baik sekali. Beliau tak pernah putus asa mengasuh kami. Selain menyekolahkan kami, mengajari ilmu agama, beliau juga memberi nasihat setiap hari.
Kegiatan rutin setiap hari sudah terjadwal dengan rapi dan adil. Jadwal sarapan pagi, pergi sekolah, pulang sekolah, makan siang, istirahat, shalat, belajar mengaji, bermain, belajar dan mengerjakan tugas sekolah, belajar memasak, jadwal berkumpul bersama setelah shalat magrib dan membaca Qs. Yasin sama-sama setiap malam jumat dilanjutkan belajar doa-doa. Semua kegiatan ini terjadwal dengan tertib ibu pemilik yayasan selalu membimbing dalam setiap kehiatan itu.
Lama saya tinggal di panti asuhan, berbagai masalah dalam kehidupan pun tidak pernah lepas terutama permasalahan anak-anak yang kadangkala sifat anak itu berbeda-beda, ada yang baik ada yang biasa-biasa saja dan ada yang nakal dan suka iseng.
Anak nakal biasanya suka membuat masalah. Mungkin untuk bahasa sekarang anak nakal adalah anak yang butuh perhatian lebih. Misalnya anak yang sudah lama ditinggalkan orang tuanya karena meninggal atau pergi jauh entah kemana. Anak-anak ini rupanya memerlukan perhatian khusus dan perhatian lebih. Hal ini terlihat dari perilakunya yang selalu membuat masalah dengan temannya.
Waktu itu yang mengurus anak-anak panti secara langsung hanya dua orang yaitu pemilik panti ibu dan ama yang usianya sudah tidak muda lagi. Sedangkan urusan mencuci dikerjakan oleh tukang cuci panggilan, dan masak dikerjakan oleh seorang tukang masak panggilan juga. Mereka datang ke panti ketika bekerja saja setelah selesai bekerja mereka pulang, begitu seterusnya.
Waktu itu yang mengurus anak-anak panti secara langsung hanya dua orang yaitu pemilik panti ibu dan ama yang usianya sudah tidak muda lagi. Sedangkan urusan mencuci dikerjakan oleh tukang cuci panggilan, dan masak dikerjakan oleh seorang tukang masak panggilan juga. Mereka datang ke panti ketika bekerja saja setelah selesai bekerja mereka pulang, begitu seterusnya.
Pemilik panti asuh ibu Hj. Halimah dan Ama H. Oeriya Sahidi. Beliau usianya waktu itu sudah senja. Beliau ingin menghabiskan sisa usianya untuk membantu dan membimbing anak-anak tidak mampu dan anak yatim piatu yang mau sekolah untuk disekolahkan. Saya memanggil ibu kepada ibu Hj. Halimah dan memanggil Ama kepada bapak pemilik panti. Anak yang lain pun memanggil dengan panggilan yang sama.
Suatu hari, semua anak panti dikumpulkan oleh ibu. Keceriaan anak-anak terlihat ketika ibu bicara.
Ibu " Hey, anak-anak dengarkan. Sekarang kalian boleh memilih buah jambu yang ada di kebun, silakan beri tanda jambu kalian. Satu orang pilih satu saja. Boleh bungkus pakai plastik supaya tidak tertukar dengan yang lain." Kata ibu panti.
Anak-anak sorak dengan serempak "hore..., asyik." Katanya.
Tidak lama semua anak pun sudah mengambil plastik masing-masing dengan warna plastik yang bermacam-macam. Kemudian anak-anak menuju ke pohon jambu biji yang buahnya besar-besar. Ya buah jambu biji kristal yang rasanya enak dan tak banyak bijinya. Bahkan terkadang tidak ada bijinya.
Anak laki-laki yang pandai naik pohon pada naik memilih buah yang paling besar dan segera membungkusnya dengan plastik. Sedangkan anak perempuan memilih buah yang ada di bawah. Sementara saya sebagai salah satu anak perempuan yang paling besar masih diam dan hanya melihat teman-teman yang sedang berburu memilih buah jambunya masing-masing. Setelah yang lain kebagian semua, barulah saya melihat lihat buah jambu yang belum di bungkus. Ternyata tinggal beberapa lagi yang masih kecil dan berada di atas. Akhirnya kupilih jambu yang ada diatas dan membungkusnya dengan plastik, karena saya tidak bisa menjangkau jambu itu maka saya menggunakan bambu sebagai alat bantu untuk meletakan plastik di buah jambu sampai buah jambunya terbungkus plastik.
Anak yang memilih buah jambu yang besar tentu akan lebih dulu bisa mengambilnya. Sementara buah jambu milik saya yang masih kecil tentunya membutuhkan waktu lebih lama menunggu agar jambunya besar, supaya bisa dipetik.
Singkat cerita, tak terasa jambu-jambu itu sudah mulai banyak yang dipetik oleh masing-masing pemiliknya. setelah teman-teman yang lain sudah mengambil buah jambunya, jambu yang tersisa tinggal jambu milik saya dan beberapa jambu yang masih kecil yang baru.
Tak terasa jambu saya pun sudah besar. Tak berpikir panjang lalu saya memetiknya dan menyimpannya dalam kulkas. Saya berfikir jambu itu akan kutunjukkan buat ibu besok. Sekarang sudah sore ibunya lagi istirahat.
Pagi-pagi, hari minggu tiba-tiba ada anak yang ribut. Dan melapor ke ibu, katanya jambunya hilang ada yang mencuri. Akhirnya semua anak dikumpulkan. Saya heran, mengapa jambu yang saya ambil katanya milik dia. Padahal selama ini saya baru mengambilnya, ya jambu pilihan saya yang waktu dulu saya bungkus waktu itu masih kecil, dan sekarang sudah besar. Saya merasa sangat terpukul, karena baru kali itu disangka mencuri. Sedangkan saya tidak merasa mencuri.
Akhirnya, saya pun bilang, saya yang mengambil jambu itu. Jambunya saya simpan di kulkas buat ibu. Saya sengaja memetiknya karena itu jambu yang saya pilih beberapa waktu lalu yang sudah lama di beri tanda menggunakan plastik sesuai perintah ibu waktu itu ibu menyuruh anak-anak memilih buah jambu satu orang satu. Cuma pada waktu saya melihatnya memang plastik yang menutupinya sudah tidak ada, mungkin plastiknya jatuh karena terterpa angin. Karena buahnya sudah cukup besar jadi saya putuskan untuk mengambilnya. Karena punya orang lain pun sepertinya sudah diambil karena sudah tidak ada. Setelah memberi penjelasan kemudian saya ambil jambu itu dan saya tunjukkan pada ibu. "Ini untuk ibu, saya tahu ibu suka jambu ini dan ibu tidak penah kebagian karena jambu-jambu yang besarnya sudah diambil dan dipilih oleh anak-anak. Terima kasih ibu, Maaf jika saya salah". Kata saya sambil memberikan jambu itu kepada ibu.
Ibu menjawab " Sudah jambunya simpan aja dulu di kulkas, terima kasih ya sudah ingat sama ibu" katanya. Kemudian anak-anak pun dibubarkan.
Setelah anak-anak dibubarkan, saya pun dipanggil kembali oleh ibu, saya disuruh mengupas jambu biji yang tadi dipermasalahkan. Setelah dikupas, ibu memberikannya sebagian buat saya, dan ibu bilang terima kasih sudah memberi jambu buat ibu. Saya merasa senang karena ibu tidak marah malah terlihat senang memakan jambu. Ibu pun lagi-lagi berterima kasih kepada saya. Saya merasa bangga ibu memang sangat baik.
Terkadang memang, orang yang dianggap bersalah belum tentu bersalah. Orang yang dianggap benar pun belum tentu benar. Manusia tempat salah dan lupa. Belajar untuk tidak berbuat salah tentu lebih baik daripada sudah merasa benar sendiri. Jadi anak jangan suka nakal dan iseng apalagi sampai memitnah orang lain. Semoga kita selalu berada di jalan yang benar.
Salam blogger persahabatan
Unih,S.Pd
https://unih.789.blogspot.com
kisah inspiratif
ReplyDeleteMohon bimbinganya dan terima kasih
DeleteAamiin...
ReplyDeletePenuh pelajaran hidup ...bu....
ReplyDeleteIa benar, terima kasih kunjungannya
DeleteSeharusnya ibu hj harus bisa bijak😊
ReplyDeleteAnak yang sudah memitnah tersebut, harus meminta maaf kepada anak yang di fitnah!
Maaf kalo salah😊🙏
Aditia Saputra
Ia benar, itu adalah salah satu hal yg mau disampaikan juga, jika bersalah maka harus mau meminta maaf.
Delete